Sabtu, 21 Juni 2014

Jualan Roti di Acara Wisuda ke 57 Uninus

Edited.
Hi, semuanya??
Kali ini saya ingin posting pengalaman pribadi saya tentang wirausaha bersama 2 teman saya yang super hebat dimata saya tentang urusan bisnis. Yups dia adalah Arie Anggriawan (berpengalaman wirausaha sejak dia kuliah D3 Keperawatan) dan Ali Reasa (Seorang Muslim Papua, Wirausahanya berawal dari pengalaman pahitnya tentang kehidupan, dimana dia harus bertahan di muka bumi ini dengan sedikit sekali dorongan finansial dari orang tua). 

Wirausaha ini awalnya hanyalah cara agar
kita terbebas dari gengsi super tinggi dan bergantung secara finansial kepada orang tua. Kenapa gengsi super tinggi? Karena rasa malu dan terhinanya itu bro. Soalnya ga sedikit orang yang gengsi tentang jualan. Asli ini, saya mengamati lingkungan sekitar saya, termasuk saya juga awalnya gengsi dan malu. Tapi dengan cara memulai ini lah saya dapat membebaskan diri dari rasa gengsi tak jelas ini. 

Jujur ini adalah karier profesional saya pertama kali di dunia wirausaha, hhe. Karier amatiran pernah waktu kecil, main kelereng terus  menang terus dijual ke teman yang membutuhkan. :D

Diawal wirausaha ini, kita dapat kesempatan jualan besar. Kenapa? karena akan ada wisuda kampus. Kebetulan kita punya kaka kelas yang cantik dan baik hati kaya di cerita negeri dongeng, yang aktif sebagai pengurus koperasi mahasiswa, namanya Teh Olel, sayangnya dia udah jadi milik A Tatang (senior saya juga), *ehhh #jus kidding hhe. Si Teh Olel ini menawarkan pada saya untuk berpartisipasi, karena kebetulan koperasi butuh banyak produk. Dan saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini, saya berunding dengan kedua temen saya dan fix kita dagang.


Awalnya kita pesen ke penyedia roti, nah ini foto tak terduga bagi artisnya (Arie) yang saya foto secara sembunyi-sembunyi, hhhe. Kenapa? Karena saya suka banget memfoto momen, dan itu lebih indah tersembunyi karena natural. Kalo pake istilah ciiss dulu mah ga terlalu berkesan, ya kan??
kita pesen dan besok pagi pesenan kita ambil.

Arie sedang memilih jenis roti. 
Fotografer : Adera Teguh

Ini penampakan Rotinya.

Dan tiba waktunya lah kita berjualan roti di acara wisuda. Jujur standnya kurang terfasilitasi dengan baik, serta berdampingan dengan tempat foto wisuda musiman. Terus paling parah kita telat datang dan kehilangan moment. Alhasil hasil dagang kurang memuaskan dan kita mengalami kerugian. Pengalaman pertama berwirausaha dengan hasil rugi.
So, walaupun kami rugi, ini tidak menyurutkan semangat, tidak menyebabkan patah arang, ga kehilangan cita-cita, dan sebagainya, hhe.
Kita lapang dada dengan kejadian ini, karena kita percaya Allah berkata lain dan ini ujian ketangguhan kami.

Disaat santai bang Ali potret memotret. Suruhan saya sihh, karena menurut saya ini moment berharga. Sebenarnya yang lain ga sadar kamera, hanya saya yang sadar. Cuma berakting kaya pemain sinetron gitu, hhha. Bagi yang belum tau saya, yaitu yang pake Jas Merah. Inget yahh itu bukan Jas Partai PDI Perjuangan atau partai lain yang warnanya merah, itu Jas Almamater Kampus saya, UNINUS yang lebih tua dari usia partai berjas merah sampai dengan pemilu tahun 2014 ini. 



Nah disini pun masih seperti tadi. Sayang bang Ali tak ada, karena memang fografernya. Yang berjaket adventure hitam adalah Arie sahabat saya, dan yang menggunakan kameja jeans biru adalah Mr. Dadan Ramdani, ketua Senat Mahasiswa Faperta Uninus, alias pejabat di golongan mahasiswa. Hhhe


Nah si 2 Teteh ini adalah aktivis sekaligus pengurus kopma. Saya lupa namanya siapa mereka, dan kalo ketemu di kampus juga paling senyum SKSD doang hhe. Sama yang baju hitam ga terlalu akrab terlalu sihh, memang awalnya ga kenal sih ya, dan dia sedikit tertutup walau keliatannya anak baik dan ramah banget.
Nahh untuk yang berbaju batik, sudah akrab banget untuk saat itu. Hanya saat itu. Kita ngobrol lumayan banyak kalimatnya, mulai dari nanya nanya jurusan, dan sebagainya sampai pengalaman nya di koperasi, de el el. 
Dia bisa dibilang kaka kelas  yang baik, ramah, wellcome, dan orang termasuk orang yang pertama kali memanggil saya dengan sebutan Aa. Bangga gue, asli. Secara, tiap orang yang pertama kali kenal gw, apalagi kaka kelas pasti nyebut Ade, walaupun dia ga tau nama saya Ade. Ini udah jadi takdir Tuhan, karena begitulah kenyataannya, mungkin karena saya mirip anak kecil.
Kenapa si Teteh ini manggil Aa, ada bberapa alasan. Berikut alasannya :
  1. Faktor Jas Almamater. Yups dengan ini saya ga disangka anak SMA atau anak SMP seperti kebanyakan orang menganggap saya. 
  2. Faktor ga Kenal tapi se-almamater. Yahh ini paling logis. Karena budaya di Uninus kaya gini.
  3. Faktor saya akrab dengan ketua Senat. Ini mungkin menolong banget. Karena Dadan Lumayan di hormati di kampus dan di tua kan, serta wajahnya udah mirip orang tua yang pernah remaja di tahun 80-an.
  4. Faktor Arie yang keliatan udah tua banget dan Ali Reasa yang mirip preman. Sehingga ini membuat si Teteh ngerasa kepaksa manggil saya Aa. 
Itu alasan logisnya menurut saya. Tapi setelah saya cerita bahwa saya adalah baru semester dua alias maba untuk tahun akademis ini, dan dia udah semester empat dia mungkin ingin menarik ucapannya memanggil saya Aa. 
Ini terlihat dari mimik mukanya yang kelihatan kecewa dengan saya dan ngerasa ketipu. hahaha, dan terbukti setelah dia tau bahwa saya adik kelasnya, si teteh ini ga pernah manggil Aa lagi ke saya, ckckckck. Tapi ga apa-apa, ini membuat saya senang, karena ada yang menganggap saya udah tua setelah melihat saya untuk yang pertama kali dan ini jarang terjadi. Saya ga akan lupa itu, Teh. hhe.






Walaupun saya kecewa dengan hasil pendapatan, dan tidak bisa berkumpul dengan keluarga yang sedang di wisuda, tapi tetap bersyukur.
Pada kesempatan itu pula, Ibu saya sedang di wisuda atas diperolehnya gelar Master Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Uninus dan tanpa didampingi anak yang satu ini. Inilah pengorbanan saya demi wirausaha ini. Alhasil, saya tak ada di foto keluarga dengan latar belakang buku yang terpajang dan Ibu yang sedang memakai toga dan baju wisuda, ini akan menyakitkan sekali ketika foto itu di pajang di ruang tamu atau ruang keluarga. Jadi seolah saya bukan bagian dari keluarga. hiks hiks hiks

Sekianlah sedikit kisah Jualan roti alias pengalaman wirausaha. Pengorbanan dan kerugian dalam wirusaha adalah cambuk agar kita belajar dan berusaha lebih keras lagi. Karena harus diingat bahwa butuh proses untuk sebuah pencapaian.
Terima kasih,
Ini ceritaku, bagaimana dengan ceritamu??